TA DIGITAL
Studi Perubahan Skema Strategi Island Operation Pada Sub Sistem Tenaga Listrik Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
Semakin lama jumlah daya yang dikonsumsi pelanggan terus terjadi peningkatan dan sub sistem Jateng dan DIY terbagi dalam 2 sub sistem, sehingga skema strategi Island Operation yang lama sudah tidak relevan dengan kondisi sistem sekarang. Salah satu ukuran mutu tenaga listrik adalah kestabilan nilai frekuensi sistem. Frekuensi merupakan ukuran keseimbangan antara jumlah daya yang dibangkitkan oleh pembangkit dengan jumlah daya yang dikonsumsi oleh pelanggan. Oleh sebab itu, PT PLN (Persero) harus senantiasa menjaga kestabilan frekuensi sistem tenaga listrik sebesar 50 Hz dengan toleransi ± 0,2 Hz sesuai dengan ketentuan Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa Madura Bali tahun 2007 bab Connection Code (CC 2.1)
Jika penurunan frekuensi mencapai angka 48,3 Hz dan terjadi rekonfigurasi sub sistem Jateng dan DIY, maka perlu diperhitungkan skema strategi Island Operation yang baru untuk sub sistem Jateng dan DIY. Cara penyelamatan ini adalah dengan pemadaman beberapa daerah di Jateng dan DIY sehingga terbentuk “pulau-pulau” sebagai daerah yang masih dialiri listrik yang terisolasi dari sistem interkoneksi Jawa Bali.
Berdasarkan perhitungan data beban dari Januari sampai Mei 2013 dan pengamatan aliran beban, didapatkan skema dengan 3 tahap. Skema Island Operation saat ini tahap 1 adalah Island PLTU Rembang (2x315 MW), PLTU Cilacap (2x300 MW), PLTA Mrica (3x60 MW) & PLTP Dieng (1x60 MW) dengan pemadaman 13 GI. Skema Island Operation saat ini tahap 2 adalah Island PLTU Rembang Island PLTU Cilacap, PLTA Mrica dan PLTP Dieng dengan pemadaman 7 GI. Skema Island Operation saat ini tahap 3 adalah Island PLTU Rembang, Island PLTU Cilacap dan Island PLTA Mrica dan PLTP Dieng dengan pemadaman 8 GI.
No other version available